PEMBAHASAN
Serangkaian diagram dan mikrograf
elektron transmisi ini menggambrkan model terbaru tentang tingkat progresif
pengumpalan dan pengulungan DNA. Ilustrasi diawali dari satu molekul tunggal
DNA, diperbesar hingga menjadi kromosom metafase, yang cukup besar untuk
dilihat dalam mikroskop cahaya. Komponen yang berperan dalam proses pengepakan
DNA yakni protein histon (Campbell, dkk., 2008).
A. Kromosom
Kromosom tersusun atas molekul DNA
yang membawa keterangan genetik, oleh karena itu kromosom mempunyai arti
penting dalam genetika. Nama kromosom diberikan oleh Waldeyer pada tahun 1888,
sedang Morgan dalam tahun 1933 menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan
materi-materi genetik. DNA merupakan persenyawaan kimia pembawa materi genetik.
Di dalam kromosom terdapat 35% DNA dari keseluruhan kromosom. DNA merupakan
molekul hidup dan dapat mengadakan replikasi (menggandakan diri). Karena
mengandung molekul DNA, kromosom pun dapat menggandakan diri. Selain itu, DNA
merupakan tempat penyimpanan informasi genetika yang akan diwariskan kepada
keturunannya. Kromosom dikatakan sebagai benang pembawa sifat, karena
sifat-sifat makhluk hidup pada dasarnya tersimpan di dalam DNA yang terdapat di
dalam kromosom (Anonim, 2010).
Eukariota biasanya memiliki
beberapa pasang kromosom linier, yang semuanya terkandung dalam inti sel, dan
kromosom ini memiliki karakteristik dan bentuk tersendiri. Selama pembelahan
sel kromosom akan lebih padat hal ini
dapat divisualisasikan dengan mikroskop cahaya. Bentuk kental disini yakni
bentuk padat dari kromosom itu sendiri yang memiliki ukuran sekitar 10.000 kali lebih pendek dari untai
DNA linier. Namun, ketika sel-sel eukariotik tidak mengalami tahap yang disebut
interfase, kromatin dalam kromosom akan kurang padat dan hal ini akan mempengaruhi
proses transkripsi yang sedang berlangsung. (Anonim, 2008).
Berbeda dengan eukariota, DNA pada
sel prokariotik umumnya hadir dalam bentuk kromosom yang melingkar
tunggal, terletak didalam sitoplasma.
(seperti yang diketahui bahwa sel prokariotik tidak memiliki membran
inti). Kromosom prokariotik kurang
kental atau padat dibandingkan kromosom eukariotik serta tidak mudah diidentifikasi di bawah mikroskop
cahaya. Kromosom pada organisme prokariotik ada yang berupa RNA saja. Ini dapat
dijumpai pada virus mozaik (tembakau). Kromosom dapat pula berupa DNA saja
misalnya pada virus T dan dapat pula mengandung keduanya yaitu DNA dan RNA
seperti pada bakteri Escherichia coli
(Anonim, 2010).
Pada berbagai sel eukariota tingkat
tinggi, ada dua bentuk kromatin pada tahap interfase yaitu eukromatin dan
heterokromatin. Suatu gen yang secara normal terekspresi pada bentuk eukromatin
berpindah pada daerah heterokromatin menyebabkan terjadinya peredaman gen,
yaitu terhentinya ekspresi gen tersebut. Perubahan bentuk kromatin ini
merupakan salah satu mekanisme epigenetika (Anonim 2012)
Eukromatin
Eukromatin merupakan bentuk yang
kurang padat, atau yang bentuk terbuka. Eukromatin berbentuk padat selama
pembelahan sel, tetapi mengendur menjadi bentuk yang terbuka selama interfase.
Eukromatin pada pewarnaan histologi kromosom ditunjukkan pada daerah dengan
warna lebih terang.
Heterokromatin
Heterokromatin merupakan bentuk
yang lebih padat, atau bentuk tertutup. Heterokromatin sangat padat pada saat
pembelahan sel, demikian pula pada saat interfase. Heterokromatin pada
pewarnaan histologi kromosom ditunjukkan pada daerah dengan warna lebih padat
atau gelap.
Nukleosom terdiri dari DNA untai
ganda yang kompleks dengan protein kecil yang disebut histon. Partikel inti
masing-masing nukleosom terdiri dari delapan molekul histon, dua masing-masing
dari empat jenis histon yang berbeda: H2A, H2B, H3, H4 dan. Struktur histon
telah sangat dilestarikan di evolusi, menunjukkan bahwa fungsi DNA kemasan
mereka adalah sangat penting bagi semua sel eukariotik (Anonim 2012)
GEN,
DNA dan KROMOSOM
HUBUNGAN GEN DNA DAN
KROMOSOM
Hubungan gen, DNA dan kromosom
Gen, DNA dan
Kromosom
Teman Anda mungkin mengatakan kepada Anda bahwa Anda mempunyai bintik
hitam bapak Anda. Secara harapiah, orang tua tidak memberikan kepada anak-anaknya
bintik-bintik hitam, mata, rambut, atau sifat lainnya. Lalu, apa sebenarnya
yang diwariskan? Orang tua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode
dalam bentuk unit-unit herediter yang dinamakan gen. Puluhan ribu gen yang kita
warisi dari ibu-bapak kita ini adalah penyusun genom kita. Kedekatan genetik
kita dengan orangtua kita menjelaskan kemiripan keluarga.
Definisi gen telah
berevolusi sejalan dengan sejarah genetika. Pada konsep Mendelian, suatu gen
digambarkan sebagai unit penurunan sifat yang
mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempengaruhi karakter fenotipik. Morgan dan
koleganya menempatkan gen-gen seperti itu pada lokus-lokus tertentu di dalam
kromosom dan bahwa ahli-ahli genetic menggunakan lokus sebagai nama lain untuk
gen. Kemudian para ahli lainnya melihat suatu gen sebagai daerah urutan
nukleotida spesifik di sepanjang molekul DNA. Akhirnya para ahli menggunakan
defenisi fungsional dari gen sebagai urutan DNA yang mengkode rantai
polipeptida tertentu.
Walaupun demikian defenisi satu gen–satu polipeptida harus diperbaharui
dan diterapkan secara selektif. Sebagian besar gen-gen eukariotik terdiri dari
segmen bukan pengkode (intron), jadi sebagian besar gen-gen ini tidak memiliki
segmen-segmen pasangannya di dalam polipetida. Ahli biologi molekuler juga
sering memasukan promoter dan daerah regulator DNA lain di dalam ruang lingkup suatu
gen. Urutan DNA tersebut tidak ditranskripsi tetapi dianggap sebagai bagian
dari gen fungsional sebab urutan tersebut harus ada agar proses transkripsi dapat
berlangsung. Defenisi molekuler sebuah gen juga harus cukup luas agar mencakup
DNA yang ditranskripsi menjadi rRNA, tRNA, dan RNA-lainnya yang tidak
ditranslasi (Gambar 1). Gen-gen tersebut tidak mempunyai produk polipeptida.
Jadi dari penjelasan ini ada definisi lain tentang gen, sebuah gen adalah suatu daerah DNA yang produk akhirnya bisa suatu
polipeptida atau bisa juga suatu molekul RNA.
Sebuah gen tidak terbatas berkaitan dengan
bagian spesifik dari DNA, tetapi
berkaitan
juga dengan berbagai bentuk produk lainnya yang berperanan
penting
dalam sintesis protein.
|
Namun demikian, untuk sebagian besar gen, tetap ada gunanya untuk mempertahankan ide satu gen satu
polipeptida. Dalam kajian genetika molekuler bagaimana sebuah gen diekspresikan
melalui transkripsi menjadi RNA dan selanjutnya translasi menjadi polipeptida
yang membentuk aebuah protein
yang spesifik dalam struktur dan fungsinya. Protein, pada akhirnya,
menghasilkan fenotipe organism yang diamati.
DNA/ADN (Deoxyribonucleid acid/Asam deoksiribosa
nukleat) adalah substansi dibalik adegium “sejenis menghasilkan sejenis”. DNA
merupakan molekul paling terkenal saat ini, karena molekul ini merupakan
substansi penurunan sifat. DNa merupakan suatu polimer heliks ganda yang
terdiri dari nukleotida, setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen; satu
basa nitrogen, satu gula pentose yang disebut deoksiribosa, dan satu gugus
fosfat (Gambar 2). Basa nitrogennya bisa adenine
(A), timin (T), guanine (G), atau sitosin (S). adenine dan guanin adalah purin, basa
nitrogen dengan dua cincin organic. Sebaliknya, sitosin dan timin adalah
anggota family basa nitrogen yang dikenal sebagai pirimidin, yang mempunyai
satu cincin tunggal.
DNA merupakan
materi genetik sel, pernyataan ini telah dibuktikan dengan berbagai percobaan.
Bukti lainnya, sebelum mengalami mitosis, sel eukariotik dengan tepat
menggandakan kandungan DNA-nya, dan selama mitosis, DNA ini akan terdistribusi
tepat sama ke dua sel anaknya. Selain itu, kromosom diploid mempunyai DNA dua
kali lebih banyak daripada kromosom haploid yang ditemukan di dalam gamet-gamet
organism yang sama. Bukti lainnya hasil penelitian Erwin Chargaff, pada tahun
1974 ia melaporkan bahwa komposisi DNA berbeda-beda antara satu spesies dengan
spesies lainnya. Dalam satu spesies apapun yang dipilih, banyaknya keempat basa
nitrogen tidaklah sama tetapi hadir dalam rasio yang khas. Chargaff juga
menemukan adanya keteraturan yang agak ganjil dalam rasio dari basa-basa
nukleotida ini. Dalam DNA setiap spesies yang dipelajarinya, jumlah adenine
kurang lebih sama denga timin, dan jumlah guanine kurang lebih sama
dengan sitosin. Contohnya, pada DNA manusia keempat basa nitrogen hadir dalam
persentase: A= 30,9% dan T= 29,4%; G= 19,9%. Kesamaan A=T dan G=C yang kemudian
dikenal dengan aturan Chargaff.
Sel manusia
diperkirakan memiliki 50.000 sampai 100.000 gen – sekitar 20 kali lebih banyak
daripada bakteri umumnya. Terlebih lagi, genom-genom manusia dan eukariota
lainnya juga memiliki begitu banyak DNA yang tidak bertugas memprogram sintesis
RNA atau protein. Keseluruhan masa DNA harus direplikasi secara tepat dalam
setiap tahapan siklus sel. Mengelola DNA yang jumlahnya begitu banyak ini
memerlukan pengaturan yang tepat. Baik pada prokariota maupun eukariota, DNA
berikatan dengan protein, pada sel eukariotik kompleks DNA-nya, disebut kromatin. Selama interfase,
kromatin biasanya membentang sangat panjang di dalam nukleus (tampak seperti
benang). Ketika sel pada stadium interfase diwarnai, kromatin terlihatseperti
suatu massa yang berwarna dan tampak hablur. Namun ketika sel bersiap-siap
untuk melakukan mitosis, kromatinya akan menggulung dan melipat (memadat)
membentuk sejumlah kromosom tebal dan pendek yang dapat telihat
dengan mikroskop cahaya.
Protein histon
merupakan protein yang bertanggung jawab untuk tahap pertama pengemasan DNA
pada kromatin eukariotik. Massa histon dan DNA kira-kira sebanding. Histon
memiliki asam-asam ini terikat kuat pada DNA yang bermuatan negative (dari gugus
fosfat). Kompleks DNA histon adalah bentuk pokok dari kromatin. Ada lima tipe
histon (H2A,H2B,H3,H4, dan H1). Kromatin yang tidak melipat memiliki penampilan
seperti manic-manik yang menempel pada tali. Setiap manik dan DNA yang
mendampinginya membentuk nukleosom,
unit dasar dari pengemasan DNA. Manik nuikleosom ini terdiri dari gulungan DNA
yang mengelilingi sebuah inti protein yang tersusun dari dua molekul yang
masing-masing tersusun dari empat tipe histon yang berbeda (H2A,H2B,H3, dan
H4). Molekul histon kelima (H1), menempel pada DNA di dekat manic ketika kromatin
tersebut mengalami pengemasan tahap selanjutnya Gambar (Gambar 3).
Tali
manik-manik tersebut kelihatanya tetap terjaga utuh selama siklus sel.
Histon-histon tersebut meninggalkan DNA hanya untuk sementara selama replikasi DNA, dan mereka tinggal bersama DNA selama proses transkripsi. Para ahli
telah mempelajari bahwa nukleosom memungkinkan polymerase pensintsis RNA bergerak di sepanjang DNA.
Tali
manik-manik dikemas lebih lanjut. Dengan bantuan histon H1, tali manik-manik tersebut menggulung atau
melipat membentuk benang yang tebalnya sekitar 30 nm, dikenal sebagai benang
kromatin 30 nm. Serat 30 nm ini, pada saatnya, akan membentuk lingkaran yang
disebut domain yang melipat,
yang menempel pada suatu tangga kromosom yang terbuat dari protein non histon.
Di dalam kromosom mitotic,
dominan melipat ini sendirilah yang menggulung dan melipat, melanjutkan proses
pengkompakan seluruh kromatin untuk menghasilkan kromosom metaphase yang unik
seperti yang sering terlihat di bawah mikroskop cahaya. Langkah-langkah
pembuatan ini tampaknya sangat spesifik dan presisi, karena gen tertentu pada
akhirnya akan terletak di tempat yang sama di dalam kromosom metaphase.
Tingkat pengemasan
kromatin, rangkaian tahap perkembangan dari penggulungan dan pelipatan DNA
yang diakhiri dengan terbentuknya kromosom metaphase yang sangat padat
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar